Salam..
danau kasih yang cantik, seringku pandang seringku kenang. Sungguh pandanganku dari jauh wajahmu kelabu dan sugul. Pagi yang tiba tidak pernah memberi sinar ceria buatmu. Dhuha yang singgah dengan salam rezekinya terkadang kamu tidak jumpa dan kamu lupa. Sedang mentari di tengah kepala lagi-lagilah membuat kamu gila. Kemudian tatkala sore yang lembut cahaya menyapa dengan kasihnya...indah, kamu kata kamu kehilangan punca. Suatu hari kamu berbicara, "kamu sudah ketinggalan semua, dan kamu baru hendak bermula..." Sedang kamu berjalan sendirian terasa goyah badan di sana sini terluka. Ditambah lagi tiada sanak saudara sebagai tompangan, tiada rakan untuk berkongsi susah dan senang. Lukisan danau kasih yang tergambar di ruangan mata hamba sememangnya sungguh tenang dan indah. Namun bagimu ia belum berupa, pepohonan sekitarnya kering tak bermaya, apatah lagi seri cahayanya tak pernah ada. Suasana suram dan asing sering membungkus rasa-rasa membengkak di dada. Kamu gelisah pada hal-hal yang tidak sepatutnya diperkata. Tatkala maghrib yang menyapa seolah-olah bakal menempah petaka...sedang malam itulah keampunan dan rahmat kasih yang telah dijanjikan Allah s.w.t.
Hai sayang...
Entah apa yang kamu fikirkan, entah apa yang ada di kotak kepala. Kamu dengan dunia kamu lalu kamu katakan hubungan sosialmu serba tak kena. Mereka semuanya jahil belaka, dan kamu tidak boleh menerima pendapat mereka. Danau kasih itu bagimu masih kelabu. kosong tak pernah ada tamunya... Mentari yang menyuluh, walau cahayanya yang bersinar-sinar sedikitpun kamu tidak pernah menghargainya. Bayu yang meniup lembut sejuk tidak pernah kamu merasanya. Tidakkah kamu bersyukur dengan nafas yang diberi Allah s.w.t, sedang kamu tidak pernah membayarnya walau lebih suku abad kamu menggunakannya????? Kasih sayang saudara kamu tidak pernah memperdulikannya. Salam cinta yang ku persembahkan tidak pernah kamu tadah dan kamu tidak pernah memandangnya walaupun sebelah matamu pun jua. Kamu tidak pernah membaca catatan kasih sayang yang terpapar dan tersurat.. Sungguh kamu seorang yang tidak punya rasa prikemanusiaannya. Kamu boleh bersenda gurau dengan mereka...kamu boleh bermesra dengan mereka...kamu melimpahkan kasih kepada mereka....itu telah jelas di mata hamba. (tetapi dia tidak pernah ada belas pada hamba..hinakah hamba di matanya??? Wahai Allah, berilah petunjuk dan hidayah padanya, kurniakan pemikiran yang jernih kepadanya agar dia dapat berfikir dengan waras dan matang. Jauhkanlah dia dari segala maksiat dan kemungkaran agar dia kelak akan berkata...maha suci Engkau ya Allah Tuhan yang Maha berkuasa dan yang wajib disembah dengan sebenar-benarnya dan aku ini hambaMu yang daif lagi hina dan dia tidak putus-putus mensyukuri segala nikmatMu kepadanya )
Wahai Allah...
Hinakah hamba di matanya....sehingga tiada rasa kasih sayangnya pada hamba. Sungguh Engkau maha tahu..Engkau yang memberikan rasa kasih ini padaku, janganlah Engkau menghukum aku dengan rasa cinta kasih yang bermaharajalela kepadanya, kasih sayang yang baginya tiada nilainya. Sungguh ia amat menyiksakan dan menyesakkan nafas hamba. Wahai Allah...Andai kasih sayangku ini terhadapnya tiada dalam redhaMu ya Allah, buangkanlah rasa2 cinta kasih itu dari hatiku, lemparkanlah ia jauh-jauh di balik gunung, agar debu-debu kasih itu berterbangan hilang ditiup angin agar aku tenang untuk rukuq dan bersujud kepadaMu ya Allah... Tolonglah makbulkan permintaanku ini ya Allah, aku sudah tidak tertahan lagi menanggung tikaman rindu dari perlbagai sudut. Aku pun punya harga diri yang harus aku pertahankan selama ini, dan aku seharusnya tidak menzalimi diriku lagi....
Hinakah hamba di matanya....sehingga tiada rasa kasih sayangnya pada hamba. Sungguh Engkau maha tahu..Engkau yang memberikan rasa kasih ini padaku, janganlah Engkau menghukum aku dengan rasa cinta kasih yang bermaharajalela kepadanya, kasih sayang yang baginya tiada nilainya. Sungguh ia amat menyiksakan dan menyesakkan nafas hamba. Wahai Allah...Andai kasih sayangku ini terhadapnya tiada dalam redhaMu ya Allah, buangkanlah rasa2 cinta kasih itu dari hatiku, lemparkanlah ia jauh-jauh di balik gunung, agar debu-debu kasih itu berterbangan hilang ditiup angin agar aku tenang untuk rukuq dan bersujud kepadaMu ya Allah... Tolonglah makbulkan permintaanku ini ya Allah, aku sudah tidak tertahan lagi menanggung tikaman rindu dari perlbagai sudut. Aku pun punya harga diri yang harus aku pertahankan selama ini, dan aku seharusnya tidak menzalimi diriku lagi....
Ayah dan ibu...
Lihatlah anakmu, sungguh teganya dia berbuat begitu terhadapku. Sedang aku ini...tiap saat tidak pernah melupai anak ayah dan ibu. Dia sentiasa ada di mata dan di hatiku. Kebajikannya sentiasa ada di sudut pemikiranku. Segalanya ingin ku hadiahkan padanya tanda kasih sayangku. Aku sentiasa ingat pada ayah dan ibu aku selalu menghantarmu sesuatu tanda kasih sayangku padamu. Tetapi mengapa dia... sedikitpun dia tidak mahu menghargaiku. Dia tidak mahu memandang walau sebelah matanya kepadaku....Mengapa ya. amat bencikah dia padaku? Apakah dosa-dosaku sehingga Allah mengujiku begitu, apakah kesalahan yang telah aku lakukan yang aku tahu atau aku tidak tahu, yang belum terampun. Inikah ujian kasih sayang yang Allah tetapkan dalam mencari redhaMu, inikah jalan yang harus aku lalui oleh perindu seumpama aku di danau kasihnya.???
Wahai Allah,
Berikanlah kekayaan hati pada hamba..agar aku tidak memperdulikan dunia dan mehnahnya...agar aku tidak mengharapkan cinta kasihnya...agar aku kembali kepada diri aku yang sebenarnya..Wahai Allah bantulah aku..untuk melupakan dia...menjauhkan diri darinya...agar aku tidak tertipu lagi dengan lakonan hebatnya...
Di danau kasih itu......
Ku renung BULAN disebalik AWAN, ada SAYU wujud di hati,
Ku renung LAUT terbentang, ada PILU wujud di jiwa.
Ku renung LAUT terbentang, ada PILU wujud di jiwa.
Ku renung jauh ke DASAR HATI, ada HAMPA datang bertamu,
Ku renung kalimah CINTA dan RINDU, tiada NAMAKU terukir di situ...
( catatan perindu: 26 Disember 2007)
Sememangnya telah jelas di mata tiada namaku di sudut hatimu....
Wahai Allah...
jadikanlah aku hamba yang redha dan tidak marah...jadikan aku insaf dan sedar sedang Allah memberi begitu banyak nikmat kepada manusia,....umpama rezekinya setiap hari tanpa perlu diminta-minta, nafas yang disedut tak pernah dibayarinya, nyawanya yang dipinjam tak pernah disedarinya, kasih sayang makhluk yang sentiasa didapatinya, kesihatan dan keselamatan seharian tidak pernah diinsafinya, namun manusia seringkali lupa dan tidak endah suruhan dan perintah Allah... Inikan pula aku manusia bermuamalah sesama manusia, kata dan kasih hamba siapalah yang mahu menilai dan memperdulikannya, apalah yang mahu dikenang pada hamba, manusia yang tidak punya apa..yang mungkin tiada kepentingan kepada dia. Lalu.....redhalah hati...redhalah jiwa..kerana ini semestinya nasibmu hamba. Seorang musafir rindu yang singgah di danau kasihnya....
~moga aku insaf dan sedar...agar aku tidak mengulangi kesalahan yang sama buat kedua kali atau ketiga kali atau ke beberapa kali lagi hendaknya..amin.
~kasih luka lagi.
....................................
nota kasih:
p/s: coretan ini tidak mengenai/ bersangkutan dengan orang yang hidup atau yang telah mati...ia sekadar ILUSI PENULIS sahaja yang sememangnya di copy dari blog memori kasih yang lalu. Jika ada yang terasa dan prasangka buta..mohon maaf banyak2 bagi pihak penulis blog warkahkasih. Sesungguhnya kenyataan itu amat pahit dan harus di mamah dan telan jua. kerana kemungkinan yang pahit itulah ubat yang hebat. penawar bagi segala penyakit. Semoga Allah yang maha pengasih menambahi kita ilmu pengetahuan dan meluaskan rezeki kita dan memberikan kita penawar bagi segala penyakit zahir dan batin segala anggota badan.
Wahai Allah.... ampunilah aku seandai Engkau tidak meredhai catatan ini, sungguh aku hambaMu yang kurang ilmu, dan aku tidak tahu mana yang baik buat ku...maka kurniakan aku yang terbaik itu..amin
Wahai Allah.... ampunilah aku seandai Engkau tidak meredhai catatan ini, sungguh aku hambaMu yang kurang ilmu, dan aku tidak tahu mana yang baik buat ku...maka kurniakan aku yang terbaik itu..amin
No comments:
Post a Comment