Wahai langit tempat bintang bernaung, malam ini aku menatapmu dengan dada yang penuh kesakitan. tak tahu apa yang menyerangku, yang pasti dadaku rasanya penuh. seperti ingin menangis, tapi tak tahu pasti kenapa aku harus menangis.
Aneh, walau bintang bertebaran di langitmu, bintang yang berhasil memandu nelayan di tengah lautan, tapi tak satupun mampu menyelamatkan aku dari rasa ketersesatan ini tanpa dia yang selalu aku rindu. tidak juga bintangmu.
Entahlah, apakah berbicara padamu, langit, seperti ini, akan membantu meringankan beban yang menggelayutiku. bolehkah kau bayangkan itu wahai langit, bayangkan perihnya sendirian. dan jika membayangkannya sudah membuatmu hampir menitikkan air mata, sekarang bayangkan aku, dalam kesendirian gelap tak berkawan.
Aduhai, kenapa bercerita seperti ini membuat beratku yang tadinya menyesak di dada serasa pindah ke kerongkongku, dan sebahagian seperti memaksa menitiskan air mata ini. sungguh, aku lelah menangis, walau sepertinya memang tak ada yang lain yang boleh kulakukan selain menangis. wahai yang ingin terus menyeksaku... apakah telah puas hatimu?
Langit, dari atas sana, apakah pandanganmu lebih luas dari aku? Ah, untuk apa aku bertanya pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. Aku sesungguhnya hanya ingin tahu, apakah kau melihatnya saat ini? Ingin tahu di mana dia saat ini, apa yang sedang dilakukannya, dan apakah saat ini ia juga sedang menatapmu, berbicara padamu tentang aku, seperti aku berbicara tentang dia.
Sesungguhnya begitu besar keinginanku untuk meneriakkan rindu di langitmu, sambil diam-diam berharap kau menggemakannya, lalu gemanya menyusup ke telinganya, lalu menyelinap ke dadanya, hingga ia benar-benar merasakan rinduku. Tapi rasanya terlalu banyak yang sudah kutumpahkan kepadamu, maka langit, aku hanya ingin kau menjaganya dengan pelukanmu, dampingi ia dalam bahagia maupun dukanya. dan jika suatu hari, engkau berkenan, mintalah pada bintangmu untuk menunjukkannya jalan menuju aku. dan pada hari itu, aku akan tetap di sini, duduk menatapmu, sambil menunggu.
peluk cium dari aku.
~ Kau tempat ku meminta, Kau beriku bahagia...
Aneh, walau bintang bertebaran di langitmu, bintang yang berhasil memandu nelayan di tengah lautan, tapi tak satupun mampu menyelamatkan aku dari rasa ketersesatan ini tanpa dia yang selalu aku rindu. tidak juga bintangmu.
Entahlah, apakah berbicara padamu, langit, seperti ini, akan membantu meringankan beban yang menggelayutiku. bolehkah kau bayangkan itu wahai langit, bayangkan perihnya sendirian. dan jika membayangkannya sudah membuatmu hampir menitikkan air mata, sekarang bayangkan aku, dalam kesendirian gelap tak berkawan.
Aduhai, kenapa bercerita seperti ini membuat beratku yang tadinya menyesak di dada serasa pindah ke kerongkongku, dan sebahagian seperti memaksa menitiskan air mata ini. sungguh, aku lelah menangis, walau sepertinya memang tak ada yang lain yang boleh kulakukan selain menangis. wahai yang ingin terus menyeksaku... apakah telah puas hatimu?
Langit, dari atas sana, apakah pandanganmu lebih luas dari aku? Ah, untuk apa aku bertanya pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. Aku sesungguhnya hanya ingin tahu, apakah kau melihatnya saat ini? Ingin tahu di mana dia saat ini, apa yang sedang dilakukannya, dan apakah saat ini ia juga sedang menatapmu, berbicara padamu tentang aku, seperti aku berbicara tentang dia.
Sesungguhnya begitu besar keinginanku untuk meneriakkan rindu di langitmu, sambil diam-diam berharap kau menggemakannya, lalu gemanya menyusup ke telinganya, lalu menyelinap ke dadanya, hingga ia benar-benar merasakan rinduku. Tapi rasanya terlalu banyak yang sudah kutumpahkan kepadamu, maka langit, aku hanya ingin kau menjaganya dengan pelukanmu, dampingi ia dalam bahagia maupun dukanya. dan jika suatu hari, engkau berkenan, mintalah pada bintangmu untuk menunjukkannya jalan menuju aku. dan pada hari itu, aku akan tetap di sini, duduk menatapmu, sambil menunggu.
peluk cium dari aku.
~ Kau tempat ku meminta, Kau beriku bahagia...
..............................
nota kasih:
Sungguh...Allah itu Allah Tuhan kita, Dia yang Esa, Dia tempat meminta, Tiada Dia beranak dan tidak pula Dia diperanakkan, tiada sesuatupun serupa dengan Dia. (!l Ikhlas. ayat 1-4) Sungguh Allah Tuhan kita yang menjadikan rasa yang ada di dalam jiwa. Tatkala rasa sedih airmata akan mengalir, dan sungguh Allah yang satu itu telah mendengar bisikan dan rintih doa hamba=hambaNya. Sungguh Allah telah mendengar doa kasih sayang kamu...dan malaikat di sisi kita telah mencatat keikhlasan hatimu tulus cinta itu...
Terkadang andai manusia memahami hal-hal yang di bawah minda sedarnya..itulah takdir Allah sebenarnya..kerana siapakah yang mampu membuat agar manusia berfikir di bawah minda sedarnya. Siapa, siapa....tidak lain tidak bukan hanya Allah...Allah yang berkuasa..Allah maha mengetahui...Allah maha mengilhamkan rasa, sesuatu selaras dengan takdirNya, sungguh jika itu berlaku semua itu adalah anugerah Allah yang terbaik buat kita.
Ya.................................
Salah satu hal tersulit untuk dipelajari dan dilakukan seorang manusia adalah belajar untuk merelakan dan melepaskan, terkadang kita begitu yakin bahwa kita dapat membuatnya bahagia tetapi mungkin bagi dirinya sama sekali tidak...
suatu kenyataan yang begitu menyakitkan tetapi hanya boleh dipasrahkan?
tangis dulu, seharusnya menjadi senyum saat ini....
suatu kenyataan yang begitu menyakitkan tetapi hanya boleh dipasrahkan?
tangis dulu, seharusnya menjadi senyum saat ini....
Salam Kasih Sayang"I like walking in the rain cause no one knows I am crying. InsyaAllah."